Tadinya aku
kira hotel yang akan aku tempati ini punya ribuan kamar, sampai-sampai nomor
kamarku itu besar sekali. Sudah lama aku tidak menginap di hotel. Malam ini aku
dan keluarga menginap di hotel karena kita sedang berlibur di Jogja bersama
teman sekantor ayah. Seharian ini aku sudah cukup lelah jalan-jalan di Jogja
dan ingin segera menghempaskan diri ke kasur.
Ternyata, hotel
ini memang besar, bahkan terdiri dari 2 gedung. Kamar 1814 ternyata punya makna
tersendiri, terletak di gedung 1 dan di lantai 8. Bagian dalam hotel ternyata
tidak tampak luas. Begitu di dalam, yang pertama aku cari adalah lift untuk ke
lantai 8. Di depan lift terdapat tangga darurat, yang entah kenapa lampunya gak
nyala. Padahal ini sudah malam, hemat energi banget hotel ini.
Di dalam lift
itu semua dindingnya dari cermin, jadi kita bisa melihat banyak pantulan wajah
kita. Hore, jadi bisa ngaca-ngaca dulu sambil nunggu lift sampai ke lantai
teratas gedung ini. Berbagai bayangan wajah dari senyum sampai cemberutpun
tampak di cermin. Sekejap aku seperti melihat wajah-wajah yang bukan wajah
keluargaku di dalam lift. Pandanganku pun langsung beralih ke pintu lift yang
tak kunjung terbuka. Aku berusaha sebisa mungkin mengenyahkan berbagai
wajah-wajah horror di pikiranku. Ah, kebanyakan
nonton film nih.
Akhirnya lift
terbuka juga, lega banget. Di depan lift persis, tangga darurat tetap sama gelap
gulita. Aku gak bisa bayangin gimana kalau tiba-tiba ada kebakaran dan harus
lewat tangga darurat? Serem banget tangganya. Bodoh, bodoh, bodoh. Kalau ada kebakaran ya pasti yang dipikir
menyelamatkan nyawa lah! Mana sempet mikirin hantu. Aduh, kenapa aku bayangin
yang enggak-enggak sih.
Kamar 1814,
ternyata pintunya gak dikunci. Aneh.
Tapi memang kita gak diberi kunci sih. Begitu masuk ke dalam kamar, lagi-lagi
perasaan merinding itu muncul. Karena masuknya barengan sama keluarga sih, jadi
aku berani-berani aja masuk. Kamarnya cukup luas, ada 4 kamar di dalamnya, satu
kamar mandi luar dan satu kamar mandi di dalam kamar utama. Terus ada ruang TV,
ruang makan, dan juga dapur. Kalau dipikir-pikir lagi, aku cukup suka dengan
tempat ini. Memang sih, agak horror suasanannya, tapi mungkin perasaanku aja.
Malahan, rasanya saying banget cuma tinggal sehari aja di sini.
Kata ayah, kita
tinggal di sini sama keluarga temennya ayah yang lain, jadi keluarga kita
kebagian dua kamar. Ayah jelas sekamar sama ibu, dan aku sama adikku. Kebetulan
sekali, keluarga temen ayah belum dateng, jadi kita bisa milih kamar duluan.
Kamar yang pertama, yang paling luas dan ada kamar mandinya. Ibu langsung milih
kamar itu karena ada kamar mandinya. Katanya sih, lebih enak pakai kamar mandi
yang di dalem kamar. Waku aku masuk ke kamar itu, lagi-lagi perasaan gak enak
itu muncul. Lupakan, lupakan. Kamar
ini dihiasi lampu temaram dan kelihatannya nyaman untuk tidur. Jendela kamar
utama ini besar, jadi kita bisa melihat pemandangan kota dari sini. Akupun
langsung saja menuju jendela untuk membuka tirai. Namun belum juga sampai di
sana, tiba-tiba rasanya ada yang melihati aku dari jendela itu, jadi aku
mengurungkan niatku.
Kamar
berikutnya yang kedua dan ketiga bersebelahan, tapi yang kedua lampunya lebih
terang, jadi mungkin aku pilih kamar yang itu. Aku kemudian melihat kamar yang
satu lagi, yang keempat. Ukurannya paling kecil, aku suka dengan kamar yang gak
terlalu luas. Kamar ini juga gak ada jendelanya, jadi sepertinya aman. Begitu
aku masuk ke dalam, aku langsung keluar lagi. Gak mau. Aku gak tau kenapa, tapi perasaanku mengatakan aku gak
boleh tidur di situ. Ibuku juga bilang sebaiknya aku tidur di kamar yang kedua,
yang terang. Aku tau ibuku bisa melihat yang tidak bisa dilihat manusia normal,
tapi aku berusaha keras tidak memikirkan ada apa di kamar yang keempat itu.
Seharian ini
aku belum mandi, jadi kita bergantian buat mandi. Setelah tiba giliranku,
akupun masuk ke dalam kamar mandi. Kamar mandi di kamar utama ini luas, dengan
bathtub, closet duduk, wastafel dan kaca besar. Suasananya sama, temaram dan
seram. Akupun melepaskan pakaian dan focus untuk mandi. Aku mulai mengguyur
tubuhku dengan air panas di shower. Aku menghindari bath tub, karena aku ingin
segera selesai dan gak mau berlama-lama di sebuah ruangan sendirian. Aku mungkin
tidak bisa melihat hal-hal ghoib,
tapi aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakannya di dalam kamar mandi ini ada
yang melihati tubuhku waktu mandi. Mandipun kupercepat.
(bersambung)
Tiba2 ada yang ngintip pas mandii baaaa
BalasHapus