12/28/2013

     "Es krimnya enak banget ya din"
     "Iya! Makasih banyak ya udah beliin es krim kesukaanku"

     Setelah itu, Dina asyik senyum-senyum sendiri di kamarnya. Hal ini dikarenakan Dani, cowok yang sangat dicintainya baru saja mentraktirnya es krim. Sudah sejak lama Dina dekat dengan Dani. Sayangnya cowok ini tidak kunjung mengungkapkan bahwa Dani mencintai Dina dan ingin menjadi pacarnya. Namun, Dina tetap menikmati proses pendekatannya dengan Dani. Setiap haripun dia selalu berdoa agar dapat segera berpacaran dengan cowok berkulit kuning langsat itu.

***

     Teng teng teng teng....

     Bel berbunyi tanda istirahat sekolah. Seperti biasa, Dani dan kawan-kawannya bermain sepak bola di halaman sekolah. Hari itu, Dina berencana untuk membuat Dani terkesan. Seusai bermain, Dina pun segera menghampiri Dani.

     "Tadi aku beli es jeruk di kantin, ini sekalian buat kamu juga deh, kamu pasti capek kan?"
     "Wah, makasih din" balas Dani dengan tersenyum, yang cukup membuat hati Dina terlonjak.

***

     Sebenarnya, Dina sudah sering melakukan banyak hal serupa untuk membuat Dani terkesan. Mulai bertanya sudahkah Dani mengerjakan tugas setiap paginya, apakah Dani sudah siap menghadapi ujian, sampai dengan hal yang remeh-temeh seperti memuji jam tangan Dani yang dibelikan pamannya di Jakarta. Tapi, tetap saja Dina merasa sikap Dani selalu sama. Tidak pernah lebih dari seorang teman. Karena tidak tahan, akhirnya Dina memutuskan untuk curhat kepada sahabatnya, Chaca.

     "Kalau menurut aku Din, kamu harusnya mengungkapkan lebih dulu aja ke Dani"
     "Tapi Cha, kita kan cewek, harusnya tuh cowok duluan yang nembak kita dong"
     "Iya sih, tapi ini jaman emansipasi wanita Din. Kita sebagai cewek gak boleh kalah sama cowok, kita punya hak yang sama. Lagian kalau menurutku, gak ada salahnya kok kalau kita nembak duluan. Itu sih kalau kamu emang beneran cinta sama Dani"

***

     Walau sempat ragu, setelah didorong oleh sahabatnya, Dina pun menuliskan surat cintanya untuk Dani. Memang Dina bukan seorang yang puitis, dan berulang kali dia meremas kertas suratnya, membuang ke tempat sampah, dan mulai menulis yang baru, hingga surat itu dirasa sempurna. Dina bertekad akan memberikan surat itu secepatnya.

***

     "Dani, hari ini kita pulang bareng yuk!"
     "Tapi kan hari ini aku ada latihan sepak bola. Kamu pulang duluan aja deh."
     "Oh iya, aku lupa.. Emmm.. yaudah deh."
     
     Sepanjang hari itu, Dina masih ragu dan malu menyerahkan surat dengan amplop merah jambu itu. Dia bingung bagaiman harus menyampaikannya, dan takut kalau Dani akan menolaknya mentah-mentah. Tapi dia belum menyerah, dia harus memberikan surat itu besok.

***

     "Hai din, katanya kamu nyari aku, ada apa?"
     "Emm.. kamu gak main sepak bola?"
     "Udah selesai kok, temen-temen juga pada capek."
     "Oh gitu..."
     "Trus, kamu mau ngomong apa?"
     "Aku... mau ngasih kamu ini," dengan memberanikan diri, akhirnya Dina memberikan amplop merah jambu itu. Lalu dia menunduk sambil sesekali melirik wajah Dani saat membukanya dengan penasaran.

     "Maksudnya, kamu suka sama aku?" kata Dani langsung setelah selesai membaca surat cinta untuknya.

     Dina hanya mengangguk malu. Seketika mereka berdua terdiam. Raut muka Dani sulit sekali tertebak, dan hal ini membuat Dina semakin merasa malu-malu. Pipinya mulai sewarna dengan amplop untuk surat cintanya. Dani yang awalnya hanya terdiam pun, akhirnya mengulas sedikit senyum dan mulai berkata-kata.

     "Din, aku minta maaf,  tapi selama ini aku menganggapmu sebagai teman baikku" kata Dani dengan sedikit penyesalan. Melihat wajah Dina yang mendadak sedih, Dani pun melanjutkan kata-katanya.

     "Kita kan sekolah tujuannya untuk belajar, perjalanan kita masih panjang. Apalagi kita masih duduk di Sekolah Dasar. Belajarlah dulu yang rajin, dan buat orang tua kita bangga. Kita akan tetep temenan kok. Suatu saat nanti, akan tiba waktunya untuk kita mengenal tentang cinta dengan lawan jenis. Kata ibuku, kita masih terlalu kecil untuk mengenalnya. Lagian, kamu lucu juga, gimana kamu bisa yakin kalau aku ini jodohmu?"
     
     "Emmm.. Nama kita aja mirip. Katanya kalau semakin banyak kemiripan, namanya jodoh, dan"

     Dani tertawa, dan kemudian Dina pun tertawa pula. Tanpa mereka sadari, bel masuk telah berbunyi. Dua sahabat ini pun kembali menyimak pelajaran dengan lebih khidmat. Dani benar, tujuan mulai mereka di sekolah adalah belajar. Dan Dina pun yakin, perasaannya pada Dani tidak pernah salah, dia merasakan itulah cinta, dan suatu saat nanti dia akan lebih mengenal perasaan itu. Bagi Dina, seorang Dani bukan hanya sahabat baiknya, tapi juga cinta pertamanya.

Cerita ini diikutkan dalam:

5 komentar:

  1. sukses ya, semoga menang give awaynya..
    btw, like back fanspage gue..
    dan follow balik blog gue jg ..
    Visit :
    nafarinm.blogspot.com
    Thanks..

    BalasHapus
  2. Tulisannya bagus nih :)
    Semoga menang GA nya ya :D

    BalasHapus
  3. tulisannya simpel, teenlit banget. bagus.
    keren juga tuh cowoknya bisa nolak cewek temen dekatnya haha

    BalasHapus
  4. Terima kasih semuanya ya! Sayang gak menang :) Mungkin lain kali, amin :)

    BalasHapus

terima kasih banyak sudah baca dan berkomentar dengan sopan :)