1/30/2014

Waktu itu, aku tak sengaja melihat acara di Malang TV, ceritanya lagi jalan-jalan ke salah satu museum gitu. Waktu aku lihat, namanya adalah Museum Malang Tempo Doeloe.

Hah? Sejak kapan di Malang ada museum itu? Itulah yang terlintas di fikiranku. Pasalnya, sudah kurang lebih 20 tahun seumur hidupku tinggal di kota ini, tapi bahkan belum pernah mendengar tentang museum ini. Berbekal rasa penasaran, akhirnya akupun searching tentang museum ini.

Museum Malang Tempo Doeloe | from Wisata Indonesia
Museum ini ternyata berdiri pada tahun 2012. Mungkin, karena masih terhitung baru, jadi tak banyak orang yang tahu. Lokasinya pun ternyata di daerah belakang Balaikota Malang, tepatnya Jalan Gajahmada no. 2. Sebelahnya Rumah Makan Inggil.


Lihat Peta Lebih Besar 

Museum ini buka mulai pukul 08.00-17.00. Harga tiket masuknya, cukup mahal untuk museum, yaitu Rp. 25.000. Tapi, kalau kamu warga Malang, cukup membayar Rp. 15.000 saja. Atau kalau kamu pelajar cukup membayar Rp. 10.000 saja. Sebenarnya, memang mahal, tapi setelah masuk ke dalamnya, dijamin gak akan kecewa.

Waktu masuk, kita dibawa ke berjuta-juta tahun yang lalu, saat zaman prasejarah. Di ruang pertama ini, ada banyak koleksi batu-batu prasejarah gitu. Hmmmm sayangnya tidak ada pemandu yang bisa menjelaskan, biar kita gak terlalu bingung, maklum udah lupa pelajaran sejarah. Hehehehehe. Apalagi tempatnya sepi, tak ada pengunjung lain selain aku dan 2 temanku. Rasanya sedikit horor sih.

Tapi, kemudian munculnya mas-mas berkaos biru bercelana cokelat muncul entah dari mana. "Perlu dipandu mbak?" Uwooooooo banget mas. Akhirnya kita mulai bertanya-tanya, wah apa itu di bawah?

Ruang pertama, zaman prasejarah | from Wisata Kompasiana
 Akhirnya karena penasaran dengan tangga menuju ke bawah kotak kaca itu, kita pun turun ke sana. Kata mas kaos biru, ruangan itu adalah contoh penggalian untuk mencari arca-arca gitu.

contoh penggalian

Selanjutnya, kita dimulai ke awal masa-masa kerajaan. Memasuki lorong dengan dedaunan di atas, dan ada buah berbentuk bulat yang namanya Buah Maja. Buah ini rasanya pahit, makanya akhirnya dibuat untuk nama Kerajaan Majapahit. Gitu.

lorong Buah Maja

Raja..... Entah siapa namanya, pokoknya dia sakti. Dan cikal bakal pembentukan Malang gitu deh

foto full team di depan gua tempat Ken Arok lagi semedi

penculikan Ken Dedes oleh Tunggul Ametung

Di lorong waktu ini, ceritanya ada berbagai kerajaan, mulai Majapahit, Singasari, Kanjuruhan, dan Mataram.
Mas pemandu berbaju biru sebenarnya menjelaskan dengan cukup jelas, tapi teralu cepat, jadinya banyak dari sejarah yang sudah terlupakan ini sulit untuk ku cerna. Oh ya, kalau mau minta difotoin pemandu, boleh-boleh aja kan, jangan malu-malu ya. Selanjutnya, ada berbagai peralatan yang dipakai untuk sehari-hari oleh masyarakat di jama itu.

alat untuk membuat gerabah yang saya tidak tahu bagaimana cara kerjanya

penumbuk beras, di belakang adalah contoh dapur jaman dulu.

Mixer Manual
Peralatan yang jadul itu sebenarnya banyak yg masih digunakan sekarang loh. Contohnya alat untuk membuat gerabah itu masih dipakai. Kemudian alat penumbuk beras juga masih di pakai di kampung halaman teman saya. Dan isi dapur jadulnya juga masih sering dipakai di kampung saya, seperti tungku yang memakai bahan bakar kayu.

Berikutnya, kita memasuki lorong zaman penjajahan Belanda. Ternyata, Malang banyak sekali dibangun oleh Belanda. Mereka senang tinggal di sini, karena disamping hawanya yang sejuk, lokasi Malang juga aman karena dikelilingi oleh 6 gunung.

peta Indonesia, dan juga lukisan tentang Indonesia yang dibuat oleh Belanda

lorong yang berisi peninggalan saat pemerintahan Belanda

logo Malang, kece ya?

koleksi kamera Alibari

Alibari adalah fotografer pertama di Kota Malang

telepon jadul, dan juga telepon yang bentuk tas dan bisa dibawa-bawa untuk perang

peta Malang

selfie dulu di kaca jadul


guci Belanda

berpose menuju lorong berikutnya, udah kayak model belum?
Menurutku, lorong tentang Belanda ini yang paling keren. Setelah itu, kamipun menuju tempat berikutnya. Eh tapi kita menemukan tempat yang unik ini. Dan mencoba foto selfie tapi gagal karena kacanya tinggi sekali. Mungkin ini khusus untuk orang-orang tinggi semampai saja :(

gagal selfie, tapi tetap keren
Keluar dari lorong berlampu banyak ini, kita langsung melihat deretan foto walikota Malang, mulai jaman Hindia-Belanda sampai Pak Peni, hehehehe. Juga ada deretan foto Bupati Kabupaten Malang.

walikota Malang
foto-foto peresmian Tugu Kota Malang, dan juga radio di atas rak jadul

jadi selir sehari, cantikan yang sebelah kanan kan? hehehe
Setelah itu, lorong berikutnya adalah masa penjajahan Jepang! Di lorong ini ada berbagai koran dan buletin yang dipajang. Semua berbahasa Indonesia dan Jepang. Pada masa itu, warga dipaksa memasang bendera Jepang seperti di bawah ini, kalau tidak mereka akan dipenjara. Mungkin cara pasang bendera kertas jepang ini ya yang jadi inspirasi pasang bendera kertas Indonesia tiap 17 agustusan.

harus pasang bendera kertas yang di atas itu

kalau gak mau, nanti dipenjara kayak saya dan mas patung ini
koran Jepang
Setelah singgah di masa kedudukan Jepang, selanjutnya kita menuju ke sidang KNIP. Di ruang ini ada berbagai catatan tentang sidang ini, dan juga berbagai peralatan yang digunakan waktu itu.

alat teknologi saat itu

mesin tik yang ribet ini ternyata mesin fax!
Setelah itu kita memasuki ruangan terakhir, bentuknya seperti ruang kelas. Di sini kita bisa bermain alat musik tradisional, atau melukis topeng. Bisa juga main guru-guruan sih. Hehehehehe.

main guru-guruan

ngelukis topeng Malang
aku dan topeng karyaku yang agak ga jelas, hihihi

alat musik

tanda isyarat kamling, komik blue band

Keluar dari ruang ini, sebenarnya ada satu lagi, seperti replika dari Festival Malang Kembali. Festival ini diadakan tiap tahun di Malang, walaupun tahun lalu tidak ada. Di sini ada stand-stand jualan, yang dijual mulai jajanan tempo doeloe, dan juga kerajinan-kerajinan.

Tempat ini secara keseluruhan menarik, walaupun aku kurang dapat banyak informasi, karena mas pemandunya terkesan jutek dan pengen cepet selesai gitu. Jadi mau tanya malu. Selain itu, dari awal kita berkunjung, sampai kita mengakhiri perjalanan, tetap belum ada pengunjung lain. Sepi banget. Mungkin karena ini hari biasa bukan hari libur. Tapi, faktanya memang masih banyak warga Malang yang belum tau tempat ini. Katanya sih, yang sering ke sini itu bule-bule.

TIPS: Jangan malu untuk bertanya, dapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang Sejarah Malang di sini dengan bertanya kepada pemandu!

Sekian perjalanan ku kali ini. Cukup menarik kan? Makanya, yuk berbondong-bondong ke sini!

11 komentar:

  1. keren buat rekomendasi jelajah museum nih :))

    BalasHapus
  2. asik nih... udah puluhan tahun gue gak ke museum lagi..
    hahaha.
    salam kenal ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahhh... sayang dong ke museum seru juga kok :)
      salam kenal jg.

      Hapus
  3. mungkin bisa dimasukin destination list :
    www.omahmunir.com
    http://www.museumangkut.com

    \(^o^)/

    BalasHapus
  4. Wahhh, suka banget postingan ini...keren banget musiumnya, jarang musium yang terawat gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini masih baru juga sih museumnya. makasih sudah suka :)

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

terima kasih banyak sudah baca dan berkomentar dengan sopan :)