7/11/2014



Tadinya aku kira hotel yang akan aku tempati ini punya ribuan kamar, sampai-sampai nomor kamarku itu besar sekali. Sudah lama aku tidak menginap di hotel. Malam ini aku dan keluarga menginap di hotel karena kita sedang berlibur di Jogja bersama teman sekantor ayah. Seharian ini aku sudah cukup lelah jalan-jalan di Jogja dan ingin segera menghempaskan diri ke kasur.
Ternyata, hotel ini memang besar, bahkan terdiri dari 2 gedung. Kamar 1814 ternyata punya makna tersendiri, terletak di gedung 1 dan di lantai 8. Bagian dalam hotel ternyata tidak tampak luas. Begitu di dalam, yang pertama aku cari adalah lift untuk ke lantai 8. Di depan lift terdapat tangga darurat, yang entah kenapa lampunya gak nyala. Padahal ini sudah malam, hemat energi banget hotel ini.
Di dalam lift itu semua dindingnya dari cermin, jadi kita bisa melihat banyak pantulan wajah kita. Hore, jadi bisa ngaca-ngaca dulu sambil nunggu lift sampai ke lantai teratas gedung ini. Berbagai bayangan wajah dari senyum sampai cemberutpun tampak di cermin. Sekejap aku seperti melihat wajah-wajah yang bukan wajah keluargaku di dalam lift. Pandanganku pun langsung beralih ke pintu lift yang tak kunjung terbuka. Aku berusaha sebisa mungkin mengenyahkan berbagai wajah-wajah horror di pikiranku. Ah, kebanyakan nonton film nih.
Akhirnya lift terbuka juga, lega banget. Di depan lift persis, tangga darurat tetap sama gelap gulita. Aku gak bisa bayangin gimana kalau tiba-tiba ada kebakaran dan harus lewat tangga darurat? Serem banget tangganya. Bodoh, bodoh, bodoh. Kalau ada kebakaran ya pasti yang dipikir menyelamatkan nyawa lah! Mana sempet mikirin hantu. Aduh, kenapa aku bayangin yang enggak-enggak sih.
Kamar 1814, ternyata pintunya gak dikunci. Aneh. Tapi memang kita gak diberi kunci sih. Begitu masuk ke dalam kamar, lagi-lagi perasaan merinding itu muncul. Karena masuknya barengan sama keluarga sih, jadi aku berani-berani aja masuk. Kamarnya cukup luas, ada 4 kamar di dalamnya, satu kamar mandi luar dan satu kamar mandi di dalam kamar utama. Terus ada ruang TV, ruang makan, dan juga dapur. Kalau dipikir-pikir lagi, aku cukup suka dengan tempat ini. Memang sih, agak horror suasanannya, tapi mungkin perasaanku aja. Malahan, rasanya saying banget cuma tinggal sehari aja di sini.
Kata ayah, kita tinggal di sini sama keluarga temennya ayah yang lain, jadi keluarga kita kebagian dua kamar. Ayah jelas sekamar sama ibu, dan aku sama adikku. Kebetulan sekali, keluarga temen ayah belum dateng, jadi kita bisa milih kamar duluan. Kamar yang pertama, yang paling luas dan ada kamar mandinya. Ibu langsung milih kamar itu karena ada kamar mandinya. Katanya sih, lebih enak pakai kamar mandi yang di dalem kamar. Waku aku masuk ke kamar itu, lagi-lagi perasaan gak enak itu muncul. Lupakan, lupakan. Kamar ini dihiasi lampu temaram dan kelihatannya nyaman untuk tidur. Jendela kamar utama ini besar, jadi kita bisa melihat pemandangan kota dari sini. Akupun langsung saja menuju jendela untuk membuka tirai. Namun belum juga sampai di sana, tiba-tiba rasanya ada yang melihati aku dari jendela itu, jadi aku mengurungkan niatku.
Kamar berikutnya yang kedua dan ketiga bersebelahan, tapi yang kedua lampunya lebih terang, jadi mungkin aku pilih kamar yang itu. Aku kemudian melihat kamar yang satu lagi, yang keempat. Ukurannya paling kecil, aku suka dengan kamar yang gak terlalu luas. Kamar ini juga gak ada jendelanya, jadi sepertinya aman. Begitu aku masuk ke dalam, aku langsung keluar lagi. Gak mau. Aku gak tau kenapa, tapi perasaanku mengatakan aku gak boleh tidur di situ. Ibuku juga bilang sebaiknya aku tidur di kamar yang kedua, yang terang. Aku tau ibuku bisa melihat yang tidak bisa dilihat manusia normal, tapi aku berusaha keras tidak memikirkan ada apa di kamar yang keempat itu.
Seharian ini aku belum mandi, jadi kita bergantian buat mandi. Setelah tiba giliranku, akupun masuk ke dalam kamar mandi. Kamar mandi di kamar utama ini luas, dengan bathtub, closet duduk, wastafel dan kaca besar. Suasananya sama, temaram dan seram. Akupun melepaskan pakaian dan focus untuk mandi. Aku mulai mengguyur tubuhku dengan air panas di shower. Aku menghindari bath tub, karena aku ingin segera selesai dan gak mau berlama-lama di sebuah ruangan sendirian. Aku mungkin tidak bisa melihat hal-hal ghoib, tapi aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakannya di dalam kamar mandi ini ada yang melihati tubuhku waktu mandi. Mandipun kupercepat. 
(bersambung)

1 komentar:

terima kasih banyak sudah baca dan berkomentar dengan sopan :)